Cerita Sex Suara Desahan Shinta Ketika Kujilat Memeknya
Sunday, 26 April 2020
Boshepoker,
CeritaGuruMesum,
CeritaSeks,
CeritaSeksPelajar,
DewaDomino,
DewaPoker,
DewaSakong,
IDNGames,
IDPRO,
KontolGede,
Lolipoker,
MemekBasah,
MemekSempit,
NgentotIstri,
PokerVGames,
ToketGede
Edit
Cerita Sex Suara Desahan Shinta Ketika Kujilat Memeknya
LOLI - Sore itu, saya gerah sekali. Aku mengenakan kain sarung. Biasa itu saya lakukan untuk mengusir rasa gerah. Semua keluarga tau itu. Kali ini menyerupai biasanya saya mengenakan kain sarung tanpa baju menyerupai biasanya, hanya saja kali ini saya tidak mengenakan CD. “Wandy (nama samaran)…ibu pergi dulu ya. Temani Shinta, ya,” ibu kosku setengah berteriak dari ruang tamu. “Ok…bu!”jawabku singkat. Aku duduk di daerah tidurku sembari membaca novel Pramoedya Ananta Toer. AKu mendengar bunyi pintu tertutup dan Shinta menguncinya. Tak usang Shinta tiba ke kamarku. Dia hanya menggunakan minishirt. Mungkin karean gerah juga. Terlihat terang olehku, teteknya yang mungil gres tumbuh membayang. Pentilnya yang saya rasa gres sebesar beras menyembul dari balik minishirt itu. Shinta gres saja mandi. Memakai celana hotpant. Entah kenapa, tiba-tiba burungku menggeliat. Saat Shinta mendekatiku, pribadi ia kupeluk dan kucium pipinya. Mencium pipinya, sudah menjadi hal yang biasa. Di depan ibu dan ayahnya, saya sudah beberapa kali mencium pipinya, terkadang mencubit pipi bahenol putih mulus itu. Shinta pun kupangku. Kupeluk dengannafsu. Dia membisu saja, karen tak tau apa yang bakal tejadi. Setelah puas mencium kedua pipinya, kini kucium bibirnya. Bibir bab bawah yang tipis itu kusedot perlahan sekali dengan lembut. Shinta menatapku dalam diam. OMAHA ONLINE
Aku tersenyum dan Shinta membalas senyumku. Shinta berontak sat lidahku memasuki mulutnya. Tapi saya tetap mengelus-elus rambutnya. “Ulurkan lidahmu, nanti kau akan tau, betapa enaknya,” kataku berusaha menggunakan bahasa anak-anak. “Ah…jijik,”katanya. Aku terus merayunya dengan lembut. Akhirnya Shinta menurutinya. Aku mengulum bibirnya dengan lembut.
Sebaliknya kuajari ia mkenyedot-nyedot lidahku. Sebelumnya saya mengatakan, jikalau saya sudah sikat gigi. “Bagaimana, yummy kan?” kataku. Shinta membisu saja. Aku berjanji akan menunjukkan yang lebih nikmat lagi. Shinta mengangukkan kepalanya. Dia mau yang lebih nikmat lagi. Dengan pelan kubuka minishirt-nya. “Malu dong kak?” katanya. Aku meyakinkannya, jikalau kami hanya berdua di rumah dan tak akan ada yang melihat. Aku bujuk ia jikalau kalau mau tau rasa yummy dan nanti akan kubawa jajan. Bujukanku mengena. Perlahan kubuka minishirt-nya. Bul….buah dadanya yang gres tumbuh itu menyembul. Benar saja, pentilnya masih sebesar beras. Dengan lembut dan sangat hati-hati, kujilati teteknya itu. Lidahku bermain di pentil teteknya. Kiri dan kanan. Kulihat Shinta mulai kegelian.
“Bagaimana…enakkan? Mau diterusin atau stop aja?” tanyaku. Shinta hanya tersenyum saja. Kuturunkan ia dari pangkuanku. Lalu kuminta ia bertelanjang. Mulanya ia menolak, tapi saya terus membujuknya dan akupun melepaskan kain sarungku, hingga saya lebih dulu telanjang. Perlahan kubuka celana pendeknya dan kolornya. Lalu ia kupangku lagi. Kini potongan vaginanya kurapatkan ke burungku yang sudah berdiri tegak bagai tiang bendera. Tubuhnya yang mungil melekat di tubuhku. Kami berpelukan dan bergantian menyedot bibir dan lidah. Dengan cepat sekali Shinta sanggup mempelajari apa yang kusarankan. Dia benar-benar menikmati jilatanku pada teteknya yang mungil itu. “Shinta mau lebih yummy lagi enggak?” tanyaku. Lagi-lagi Shinta diam. Kutidurkan ia di atas daerah tidurku. Lalu kukangkangkan kedua pahanya. Vagina mulus tanpa bulu dan bibir itu, begitu indahnya. Mulai kujilati vaginanya. Dengan pengecap secara lembut kuarahkan lidahku pada klitorisnya. Naik-turun, naik-turun. Kulihat Shinta memejamkan matanya. “Bagaimana, nikmat?” tanyaku. Lagi- lagi Shinta yang suka grusah grusuh itu membisu saja.
Kulanjutkan menjilati vaginanya. Aku belum hingga hati merusak perawannya. Dia harus tetap perawan, pikirku. Shinta pun menggelinjang. Tiba-tiba ia minta berhenti. Saat saya memberhentikannya, ia dengan cepat berlari ke kamar mandi. Aku mendengar suara, Shinta sedang kencing. AKua mengerti, jikalau Shinta masih kecil. Setelah ia cebok, ia kembali lagi ke kamarku. Shinta meminta lagi, semoga teteknya dijilati. Nanti jikalau sudah tetek di jilati, ***** Shinta jilati lagi ya Kak? katanya. Aku tersenyum. Dia sudah sanggup rasa nikmat pikirku. Aku mengangguk. Setelah ia kurebahkan kembali di daerah tidur, kukangkangkan kedua pahanya. Kini burungku kugesek- gesekkan ke vaginanya. Kucari klitorisnya. Pada klitoris itulah kepala burungku kugesek-gesekkan. Aku sengaja memegang burungku, semoga tak hingga merusak Shinta. Sementara lidahku, terus menjilati puting teteknya. Aku merasa tak puas. Walaupun saya laki-laki, saya selalu menyediakan lotion di kamarku, jikalau hari panas lotion itu bisa mengghilangkan kegerahan pada kulitku. Dengan cepat lotion itu kuolesi pada bvurungku. Lalu kuolesi pula pada vagina Shinta dan selangkangannya. Kini Shinta kembali kupangku. Vaginanya yang sudah licin dan burungku yang sudah licin, berlaga. Kugesek-gesek. Pantatnya yang mungil kumaju-mundurkan. Tangan kananku berada di pantatnya semoga gampang memaju-mundurkannya. Sebelah lagi tanganku memeluk tubuhnya. Dadanya yang ditumbuhi tetek munguil itu merapat ke perutku. Aku tertunduk untuk menjilati lehernya. Rasa licin akhir lotion menciptakan Shinta semakin berpengaruh memeluk leherku. Aku juga memeluknya erat. Kini bungkahan lahar mau meletus dari burungku. Dengan cepat kuarahkan kepala burungku ke lubang vaginanya. Setelah melekat dengan cepat tanganku mengocok burung yang tegang itu. Dan crooot… crooot…crooot. Spermaku keluar.
Aku yakin, ia sperma itu akan muncrat di lubang vagina Shinta. Kini badan Shinta kudekap kuat. Shinta membalas dekapanku. Nafasnya semakin tak teratur. “Ah…kak, Shinta mau pipis nih,” katanya. “Pipis saja,” kataku sembari memeluknya semakin erat. Shinta membalas pelukanku lebih erat lagi. Kedua kakinya menjepit pinggangku, berpengaruh sekali. Aku membiarkannya memperlakukan saya demikian. Tak lama. Perlahan-lahan jepitan kedua aki Shinta melemas. Rangkulannya pada leherku, juga melemas. Dengan kasih sayang, saya mencium pipinya. Kugendong ia ke kamar mandi. Aku tak melihat ada sperma di selangkangannya. Mungkinkah spermaku memasuki vaginanya? Aku tak perduli, karean saya tau Shinta belum haid. Kupakaikan pakaiannya, sehabis di kamar. Aku makai kain sarungku. Mari kita bobo, kataku. BANDAR CEME ONLINE
Shinta menganguk. “Besok lagi, ya Kak,” katanya. “Ya..besok lagi atau nanti. Tapi ini diam-diam kita berdua ya. Tak boleh diketahui oleh siapapun juga,” kataku. Shinta mengangguk. Kucium pipinya dan kami tertidur pulas di kamar. Kami terbangun, sehabis terdengar bunyi bell. Shinta kubangunkan untuk membuka pintu. Mamanya pulang dengan papanya. Sedang saya akal-akalan tertidur. Jantungku berdetak keras. Apakah Shinta menceritakan bencana itu kepada mamanya atau tidak. Ternyata tidak. Shinta hanya bercerita, jikalau ia ketiduran di sampingku yang katanya masih tertidur pulas. “Sudah buat PR, tanya papanya. “Sudah siap, dibantu abang tadi,” katanya. Ternyata Shinta secara refleks sudah pandai berbohong. Selamat, pikirku. Setelah itu, setiap kali ada kesempatan, kami selalu bertelanjang. Jika kesempatan sempit, kami hanya cipokan saja. Aku menggendongnya kemudian mencium bibirnya. Hal itu kami lakukan 16 bulan lamanya, hingga saya jadi sarjana dan saya harus mencari pekerjaan. Malam perpisahan, kami melakukannya. Karena terlalu sering melaga kepala burungku ke vaginanya, dikala kukuakkan vaginanya, saya melihat selaput daranya masioh utuh. Masa depannya niscaya masih baik, pikirku. Aku tak merusak vagina mungil itu. Sesekali saya merindukan Shinta, sehabis lima tahun kejadian. AKu tak tahu sebesar apa teteknya sekarang, apakah ia ketagihan atau tidak. Kalau ketagihan, apakah perawannya sudah jebol atau tidak. Semoga saja tidak.
0 Response to "Cerita Sex Suara Desahan Shinta Ketika Kujilat Memeknya"
Post a Comment