Jururawat Cantik Bahenol Yang Diculik Dan Diperkosa


LOLIPOKER - Rasa penat dan kelelahan sharian ditambah pengaruh obat menyebabkan Dinda tertidur nyenyak. Tidur yang sangat menyenangkan karena disertai dengan mimpi menunggu tunangannya di landasan udara.

Sebentar lagi pesawatnya mendarat dan ia akan menikmati lagi kehangatan pelukan tunangannya itu. Dinda menoleh kekiri kekanan karenna di rasakannya ada yang aneh dan tak biasa di pangkalan udara itu. Aneh sekali airport yang biasa selalu ramai hiruk pikuk kini begitu sepi, tak ada penumpang yang berdiri didepan meja untuk check in, tak ada para pengantar, tak ada kuli yang menawarkan jasa mengangkat koper, tak ada petugas, beberapa orang yang berada disitu kok aneh sekali tak ada yang bercakap cakap.Apakah matanya yang salah lihat atau panca inderanya terganggu semacam fata morgana ?.

Dinda berusaha menggerakkan tangan kirinya untuk mengusap matanya namun tak berhasil entah mengapa, dicobanya dengan tangan kanan namun hasilnya serupa. Dicobanya menggelengkan kepala namun entah mengapa dirasakan berat seolah membawa ember terisi air dijunjung diatas kepala, oooh apa yang terjadi. Mendadak hidungnya tersengat oleh bau yang tak disenanginya, bau rokok yang memang selalu dijauhinya kini seolah olah tak mau hilang dari hidungnya, dan bukan itu saja bahkan bau tembakau yang menyengat kemudian menerobos masuk mulutnya. Bau tembakau yang sangat dibencinya itulah yang akhirnya membuatnya sadar dan betapa terkejutnya Dinda ketika dilihat keadaan sebenarnya yang sedang dialaminya.

Ternyata memang benar kedua lengannya sukar digerakkan karena direjang erat dikiri kanan oleh Indra dan Agus. Keduanya sambil menyeringai mesum mennyekal menekan kedua pergelangan tangannya kekasur diatas kepalanya. Sedangkan bau rokok yang tercium dalam keadaan mimpi adalah dari mulut Diki yang melekat di bibirnya dan berulang ulang mendorong masuk lidahnya yang basah kedalam mulutnya sendiri.

Dinda berusaha bangun dan berteriak sekuatnya namun semua sia sia, kakinya menendang seadanya kekiri kekanan namun gerakan itu hanya membuat roknya semakin tersingkap dan ternyata pergelangan kakinya yang langsing itupun kini berada dalam cengkraman tangan Diki yang kuat sehingga sukar bergerak.“Emmpfffh, apa apaan, too, toolooong, sialaaan, bangs aemmppffh, jaangaaan, nnnnggaa maaauu, emppppfh, aauw lepaaaskaan”, Dinda  berusaha berteriak sejadinya meminta tolong dan mengharap teriakannya akan didengar.

Ternyata ketiga lelaki jahanam itu sedemikian kuatnya seolah diberi kekuatan tenaga tambahan oleh iblis, sehingga meskipun kini Dinda telah sadar sepenuhnya dan pulih dari obat tidur penenang namun semua rontaannya sia sia saja. Karena kedua tangannya tak dapat melindungi sama sekali maka hanya dalam waktu singkat Diki kini telah duduk diatas perutnya yang demikian datar langsing sehingga Dinda merasakan sukar bernafas. Jari tangan Diki kini mulai membuka sisa kancing blus Dinda yang masih tertutup dan sebegitu blus itu terbuka Diki dengan kasar menarik BH Santi berukuran 34C sehingga langsung terlepas menampakkan kedua buah dadanya yang sedemikian sempurna.

Agus dan Indra langsung melotot melihat betapa indahnya pemandangan pegunungan dihadapan mata mereka“Waah, baguuus betul tetek si neng, pasti enak diremas dan di enyot nih. Boleh engga gan nyicipin nyusu duluan?”, tanya Indra dan Agus hampir bersamaan kepada Diki.“Kalian harus sabar nunggu, pasti ntar gue bagi daging montok, tapi sekarang mesti ditelanjangin dulu nih cewek”, dengus Diki sambil dengan rakusnya melahap bibir manis Dinda, sementara kedua tangannya mencakup kedua bola di dada Dinda sambil meremas remas. Dinda semakin liar meronta dan air mata mulai mengalir disudut matanya, menyadari keadaan yang mengerikan sedang dihadapinya.

Selama berpacaran Dinda belum pernah lebih dari ciuman tersembunyi ketika menonton adegan romantis dikegelapan ruangan bioskop. Tunangannya pun penuh pengertian dan hanya sesekali saja menyentuh dan meremas buas dadanya dari luar blusnya, tak pernah dikasari apalagi dibuka BH-nya seperti saat ini. Teriakan dan jeritan Dinda kembali teredam oleh ciuman ganas Diki dan rasa mual mulas mulai muncul kembali, kali ini bukan karena obat yang dimasukkan di makanan tapi karena rasa takut dan jijik ketika Diki memasukkan lidah kasar di mulutnya yang kecil itu. Ludah Diki tercium sangat bau memuakkan kini ikut tercampur dengan ludahnya sendiri sementara buah dadanya terasa sakit diremas oleh tangan Diki yang kasar.

Gerakan kedua kaki Dinda yang menendang tak teratur kekiri kanan dan keatas justru memberikan kesempatan para pemerkosanya untuk melepaskan dengan paksa secabik celana dalam string yang melindungi auratnya terakhir. Disaat Dinda menendang dengan kedua kakinya agak keatas maka pinggulnya pun ikut naik sedikit sehingga Indra yang mempunyai tangan paling panjang segera merenggut cd string Dinda berwarna ungu muda itu yang langsung robek. Kini Dinda sang jururawat ayu manis telah telanjang bulat seperti bayi yang baru dilahirkan, isak tangisnya semakin menjadi, menyadari sebentar lagi akan kehilangan miliknya yang paling berharga.


Dicobanya dengan kekuatan tenaga seorang wanita yang masih ingin membela kehormatannya meronta melepaskan diri dari malapetaka yang mengancam. Sejenak Dinda berhasil melepaskan kedua tangannya dari cengkraman Indra dan Agus dan langsung di cobanya mencakar muka Diki, namun Diki dengan sigap dapat menduga maksud gerakan Dinda dan ditangkapnya kedua nadi yang langsing itu dan ditekannya ke kasur disamping kepala Dinda.“Eh, kalian gimana sih engga becus masa kalah tenaga dengan cewek, ayoh rejeng lagi tangannya, awas kalo lepas lagi semua perjanjian akan dibatalkan !”, bentak Diki dengan maksud perjanjian pemghapusan hutang anak buahnya.“Oke, oke boss , jangam takut , nih cewek akan gue ringkus sampe engga berkutik lagi”, demikian jawaban Agus yang langsung bersama Indra kembali mengambil alih tugas memegang nadi Dinda.

Keduanya berpandangan dan saling menganguk, kemudian Indra meraih saku celananya yang terletak dilantai, dikeluarkannya tali rami yang kuat dan diikatnya kedua pergelangan tangan Dinda lalu diletakkannya diatas kepala, sehingga kedua ketiak Dinda terpampang.“Wah, ketiaknya bagus boss, engga ada bulunya sama sekali, emang lain nih perawat dari kota”, ujar Indra sambil mengelus ketiak Dinda yang segera ditiru oleh Agus, menimbulkan rasa geli tak terkira pada Dinda.“Mulutnya perlu ditutup lakban apa engga boss ?”, tanya Agus kpada Diki, karena sementara itu Dinda masih saja berteriak minta tolong.“Kalian goblok amat sih, masa ditutup lakban , kan lebih baik kalo disumpel sama kontol gue”, jawab Diki sementara itu mengurangi tindihannya di perut Dinda hanya dengan maksud melepaskan celana dalam boxernya. Aksi Diki itu segera juga di ikuti oleh kedua anak buahnya, sehingga sesaat kemudian tak hanya Dinda yang bugil melainkan ketiga lelaki yang sedang menjarahnya.

Dinda menatap dengan mata membesar di pengaruhi rasa ketakutan dan ngeri karena meskipun sebagai jururawat sudah terbiasa melihat dan merawat tubuh pria sebagai pasiennya, namun belum pernah di saksikannya penis penis sebesar dan sepanjang itu. Semuanya terlihat mulai mengacung mengangguk didepannya, hitam legam penuh pembulu darah seolah memberi salam dan meminta permisi untuk membantai kegadisannya. Diki kini menggeser tubuhnya kearah kepala korbannya, dipegangnya penis hitamnya dan disodorkan dihadapan mulut Dinda yang tentu saja menolak dan menutup serapat mungkin sambil melengoskan kepalanya kesamping.“He he he, pake malu malu nih si neng, pasti orang kota seneng makan sosis ya, ini cobain sosis desa asli yang bisa bikin neng ketagihan”, celoteh Diki sambil mengusapkan penisnya ke bibir dan ke pipi Dinda yang amat halus.

Rasa jijik Dinda tak dapat diuraikan kata kata, namun penolakannya tak berlangsung lama karena Diki menutup hidung bangir Dinda sehingga tak dapat bernafas. Sekaligus dipilin, dicubit dan ditariknya puting susu Dinda menyebabkan rasa ngilu dan“Aaaaauw, sakiiff……ouuf, eemmffh”, teriakan sakit Dinda langsung teredam oleh kemaluan Diki.“Naaah, begitu pinter ya si neng, ayo kulum, jilaaaat, iseeep yang rajin, ntar dpet hadiah yoghurt alami, aaah ini kan babak permulaan dan lubang pertama yang abang perkosa, babak berikut segera nyusul, ooooh terus”, demikianlah dengusan Diki yang merem melek merasakan hangatnya mulut Dinda menyelubungi kemaluannya.

Sebagai jururawat Dinda sangat memperhatikan soal kebersihan, bukan saja kemaluan sendiri namun tunangannya pun selalu dianjurkan dimana mungkin untuk selalu membersihkan ujung kepala kemaluannya setelah kecing agar tidak berbau pesing. Kini mulutnya sendiri dijejal dipenuhi oleh penis besar yang berbau tidak enak, bahkan bulu kemaluan Diki yang lebatpun berbau asam entah sudah berapa lama tak dibersihkan dicuci tuntas. Dinda berusaha melepehkan mendorong keluar penis yang sedang menyiksa rongga mulutnya itu dengan lidahnya, namun hal ini tentu saja tak diizinkan oleh Diki bahkan dorongan lidah Dinda disalah tafsirkannya sebagai gerakan menyapu dan menjilat kepala kejantanannya.“Ooooh, iya iya iyaaaa teruuuus, anak manis pinteeer bangeeet, abang nggaakk lama lagi mau keluaaaar niih”, terdengar geraman suara Diki yang kini justru memegang erat kepala Dinda sehingga tak dapat bergerak lagi.

Sekaligus Diki mendorong penisnya sedalam mungkin sehingga masuk sekitar sepertiganya, tapi itu sudah cukup dalam untuk ukuran mulut Dinda yang memang sangat mungil. Ujung penis Diki kini mendesak dan menyentuh dinding tenggorokan Dinda sehingga Dinda betul betul kelabakan sukar bernafas dan semakin menggelepar di ranjang seperti ikan kekurangan air. Air matanya semakin deras mengalir di kedua pipinya, namun hal ini sama sekali tak menimbulkan rasa kasihan para pemerkosanya, bahkan sebaliknya.



Indra dan Agus kini semakin memberanikan diri mereka untuk mengambil bagian dalam penjarahan gadis kota yang malang itu. Kedua pergelangan tangan Dinda yang telah terikat tali rami diatas kepalanya kini direntangkan lalu diikat kekaki ranjang, sehingga ketiaknya semakin terentang lebar dijadikan sasaran ciuman, gelitikan dan jilatan Agus dan Indra. Tak puas sampai disini saja keduanya dengan penuh nafsu meremas memijit kedua gunung didada Dinda, tak luput pula putingnya yang semakin mencuat keatas diusap, dipilin, ditarik, dan sekaligus dicubit diantara jari jari mereka yang kasar.

Bergantian pula mulut dan lidah kedua kuli pegawai Diki menyupangii ketiak Dinda yang harum, diselang seling dengan gigitan gemas sehinga ketiak Dinda penuh bercak merah.“Oooouh, ngga tahaaan lagi nih, neng denok bapak mau banjir nih, minuuuum ya semuaaaanya”, seperti kesurupan Diki menekan pinggulnya ke wajah Dinda, alat kemaluannya berdenyut denyut dan semburan lahar sperma hangat menyemprot kedalam mulut Dinda. Diki yang dengan sengaja telah beberapa hari tak menggauli istrinya mempunyai cadangan sperma cukup banyak dan kini mulai disumbangkannya di mulut yang masih perawan itu.

Dinda tak dapat berbuat apa apa didlam kekuasaan ketiga lelaki yang sedang kesetanan itu, kerongkongannya dipenuhi cairan kental hangat agak asin sepat dan berbau hanyir. Dinda berusaha menahan nafasnya dan masih menolak untuk menelan tapi begitu banyak cairan aneh ynag belum pernah dirasakannya itu terkumpul didepan kerongkongan dan tenggorokannya itu sehingga ia hanya mempunyai pilihan tersedak dan terselak oleh benih kelakian Diki atau terpaksa ditelannya. Akhirnya mau tak mau ditelannya cairan hanyir yang dirasakan sangat menjijikkan itu dan benar benar dirasakannya sangat tersiksa dan terhina sehingga hampir saja di muntahkannya kembali.

Namun untuk itu Diki tak memberikan kesempatan sama sekali penisnya yang begitu besar menutup seluruh rongga mulut Dinda sehingga seluruh laharnya terpaksa di telan oleh korbannya itu. Setelah dirasakan denyutan rudalnya telah berhenti dan Dinda telah kehabisan nafas barulah dilepaskan cekalannya pada kepala perawat secantik bidadari itu. Dinda hanya sanggup menangis terisak isak sambil masih merasakan sengatan bau yang aneh di mulutnya, namun segera Diki kembali menciumnya dengan ganas dan mencampurkannya dengan ludahnya yang didalam penciuman Dinda tak kalah baunya dengan cairan lahar panasnya.“Hhmmm, gimana neng rasanya semprotan sosis abang, enak kan – ayoh ngaku deh jngan malu malu”, tanya Diki penuh kepuasan; “sekarang gantian abang mau minum cairan madu kenikmatan dari neng Dinda nih”, sambungnya di sertai seringai serigalanya.

Dinda yang merasa mulai lemas namun terus terusan dirangsang oleh Indra dan Agus tidak langsung memahami apa maksud kalimat Diki terakhir itu. Ia hanya berusaha sia sia melepaskan kedua tangannya yang terikat erat di kedua ujung kaki ranjang diatas kepalanya, namun apa artinya rontaan gadis seperti Dinda ?Dirasakannya Diki kini beralih menggeserkan badannya yang berbulu lebat itu kebawah, kedua tangan kasar berbulu menepis tangan Indra dan Agus yang sedang asyiknya bermain di puting Dinda. Kini remasan, pilinan, pijitan dan cubitan di putingnya terasa semakin ngilu dan menyakitkan, karena birahi Diki semakin meningkat melihat indah-nya hiasan alamiah dada Dinda.

Buah dada yang biasanya tersembunyi dibalik BH berukuran 34C itu tidak terlalu besar namun sangat sesuai dengan proporsi tubuh seorang wanita Asia khususnya Indonesia. Terlihat sangat padat montok tanpa terlihat lendoy sedikitpun kearah bawah, bahkan justru seolah olah menonjol membusung kedepan seolah olah sangat bangga menjadi atribut kewanitaan Dinda. Kedua bukit daging yang sangat elastis di dalam remasan Diki itu dihiasi pula oleh puting kerucut berwarna coklat muda kemerah-merahan dengan areola berwarna coklat muda pula. Dinda tak sanggup menahan rintihan keluar dari bibirnya yang setengah terbuka ketika Diki terus menerus memilin dan bahkan kini menggigit gigit dan menjilati puting sedemikian peka, menyebabkan puting itu terasa membengkak.

Sementara itu Indra dan Agus menukar siasatnya dan menjilati telinga Dinda dari kiri kanan menyebabkan kegelian sukar ditahan, akibatnya Dinda makin menggeliatkan bagian badannya yang masih bebas yaitu kedua kakinya. Diki semakin menurunkan badannya dan jilatan lidahnya kini telah mencapai perut yang datar langsing, makin turun menciumi pusar, mengendus di bawah pusar, mencupangi , menjilati mengggigiti bagian dalam paha dan selangkangan, untuk akhirnya……Dinda berusaha mati matian menahan rasa aneh yang muncul di tubuhnya yang sehat sebagaimana wanita dewasa rasa muak, jijik dan benci terhdp semua bibir ketiga laki laki yang bergantian menciumnya, mual tergadap cairan kejantanan yang terpaksa harus ditelannya, geli atas hembusan nafas panas di kedua liang telinganya, geli atas usapan dan cupang cupangan di ketiaknya, geli dan ngilu tercampur sakit di buah dada dan terutama putingnya yang di pilin, di remas, di cubit, ditarik tarik dan di gigit gigit dengan ganas.

Semua rasa itu kini makin bertambah dengan rasa malu tak terkira ketika Diki semakin memusatkan rangsangan di bagian bawah tubuhnya. Bulu tengkuknya ikut berdiri merasakan kecupan, jilatan dan gigitan di perut bawahnya, di lipatan pahanya, bagian dalam pahanya dan kini beralih ke selangkanganya. Dicobanya sekuat tenaga merapatkan kedua pahanya yang putih mulus, namun apakah daya gadis remaja di kerubuti tiga lelaki kasar. Selain besarnya tenaga Diki menguakkan pahanya sehingga tak sanggup dikatupnya lagi, juga Agus dan Indra yang kini tak perlu lagi memegangi tangan Dinda yang telah terikat disudut kaki ranjang ikut membantu mencekal pergelangan kakinya lalu dipaksa ditekuk keatas dan kesamping.

Terbukalah smua bagian intim si perawan dihadapan muka Diki, dan dengan disertai geraman ibarat binatang buas disentuhnya aurat Dinda yang belum pernah tersentuh jari lelaki manapun, termasuk tunangannya. Karena kuatnya tenaga Indra dan Agus sebagai kuli kuli kasar perkebunan dibandingkan dengan tenaga Dinda maka keduanya cukup hanya memakai satu tangan saja merejang pergelangan kaki Dinda yang langsing. Indra yang berada disebelah kanan Dinda memakai tangan kirinya untuk meremas remas buah dada Dinda sbelah kanan sementara tangan kanannya merejang pergelangan kaki kanan Dinda dan ditariknya semaksimal mungkin kesamping.Tak cukup sampai disini saja – kini telapak kaki Dinda yang juga sedemikian halus terawat kulitnya dijilat jilatnya kemudian jari jari kaki kanan Dinda dimasukkan kemulut dan dikulum kulumnya pula.

Hal yang sama dilakukan oleh Agus yang berada disebelah kiri badan Dinda yang semakin meliuk meliuk meronta sekuatnya karena kegelian.“Jangaaaan paak, jangaaan, lepasin saya, ngga mau diginiin, lepaaas, toloooong, ampuuuun, udaaaah”, kembali teriak Dinda memenuhi ruangan namun tak ada seorang pun disaat itu yang akan mendengarnya. Hampir semua penduduk desa itu sedang menikmati hidangan musik dangdut dan goyangan pinggul ngebor artis terkenal dari ibukota.“He he he, coba ya bapak periksa apa benar masih ada jururawat dari ibukota yang masih perawan, bapak inspeksi ya apa selaput bentuk bulan sabit masih menutupi goa surgawi memeknyaa si neng”, kembali Diki mengeluarkan silat lidahnya yang disambut dengan anggukan kepala Agus dan Indra sebagai tanda setuju.

Diki mengusap usap bukit memek Dinda yang hanya tertutup sedikit oleh bulu kemaluan halus karena Dinda memang selalu merawat dan mencukurnya setiap minggu. Celah kemaluan yang begitu merangsang mata lelaki terlihat masih terlihat merapat, bibir kemaluan berwarna kemerah merahan seolah masih malu membuka, mengingatkan buah duren berdempetan belum terbuka atau kerang laut yang masih mengatup.Wajah Diki dengan seringai cabulnya semakin lama semakin mendekati bukit memek itu, dengusan nafasnya yang panas ibarat serigala kelaparan terasa semakin menghembus belahan kenikmatan Dinda.Jururawat ayu cantik itu semakin ketakutan menghadapi nasib yang tak akan terelakkan lagi, inikah perasaan seorang gadis dizaman purba yang akan dijadikan korban persembahan untuk dewa angkara murka ? Pernah dibacanya berrbagai kisah di Mesir sebelum puncak kekuasaan Faraoh atau keganasan suku Viking yang selalu mengorbankan perawan murni kepada dewa Odin.

Bagaimana pun rontaan yang dicobanya tak sanggup mengatasi tenaga tiga pria setengah baya yang terbiasa dengan pekerjaan kasar di perkebunan atau sebagai serdadu. Diki kini meletakkan ibu jari dan telunjuknya dikiri kanan celah yang sebentar lagi akan dijarahnya itu, dibukanya celah ditengah bukit memek itu dengan amat perlahan lahan seolah takut merusak sesuatu yang sangat berharga. Bagian dalam dari celah itu terkuak memperlihatkan panorama yang selalu menjadi impian setiap lelaki dinding celah berwarna merah jambu muda dihiasi pembuluh darah halus bak rambut. Dinding itu agak berkilat akibat cairan pelumas alami yang mau tak mau akan keluar sendiri jika seorang wanita dirangsang. Dibagian atas tengah yang lebih berwarna merah gelap terlihat lubang amat kecil yang pasti berhubungan ke kandung kemihnya. Dibawahnya terlihat pula celah yang dikiri kanannya terlindungi selaput tipis warna merah jambu agak mirip bulan sabit, inilah yang dicari cari oleh Diki.

Dengan tak sabar dan penuh kerakusan dikecupnya celah surgawi Dinda yang kini telah terbuka karena kiri kanannya ditahan oleh telunjuk dan ibu jari Diki. Dijulurkannya lidahnya yang kasar untuk merasakan kehalusan selaput lendir celah perawan yang sebentar lagi akan dicicipinya penuh kehausan. Dinda yang belum pernah mengalami intim dengan lelaki – apalagi telanjang bulat dipaksa membuka selangkangan aurat kewanitaannya mencoba mati matian mengatupkan lagi pahanya – namun tak mampu melawan kekuatan kuli di kiri kanannya yang menahan posisi memalukannya itu.

Terasa seluruh paha betisnya kaku kejang kesemutan karena terus menerus dipaksa mengangkang maksimal disamping merasa geli karena pahanya pun diusap usap. Terlebih lagi rasa malu Dinda ketika dirasakan lidah Diki mulai memasuki liang sanggamanya, menyapu mengusap – menyelinap kebagian lebih dalam lagi mendekati batas antara kegadisan dan kedewasaan seorang wanita. Mendadak dirasakannya sapuan lidah itu mencari mengalihkan tujuan dan kini menyentuh daging kecil diujung atas vaginanya, daging kecil ibarat butir jagung sangat peka kini menjadi sasaran lidah , bibir dan gigi gigi tajam Diki.

Ibarat tresentuh aliran listrik voltage tinggi Dinda melentingkan badannya karena dirasakannya geli tak terkira, bibir yang selama ini hanya merintih dan melenguh lemah kembali mengeluarkan jeritan melengking“Auw jangaan pak, jangaan, toloooong, saya mau diapaiiin, ampuuuun, aampuuun, udaaaah paaak, lepasin, kasihani saya pak, auuuw”, teriakan Dinda terdengar memilukan, namun hanya menambah semangat ketiga lelaki yang memperoleh gadis si Dinda. Bunyi kecipak mulut dan lidah Diki tak kalah serunya menimpali keluhan memelas Dinda ”Mmmmmh, legiiit amat nih jagung muda, mana maniiiis lagi, hhhmh bapak mesti hemaat nih pakenya engga boleh sembarangan”, celoteh Diki penuh kepuasan menikmati geliatan rontaan Dinda tanpa memperdulikan jeritan jeritan yang makin melemah.

Jeritan itu pun kita semakin tersendat terputus putus karena ketika melihat Diki telah memusatkan perhatiannya dibagian badan bawah korbannya, maka Agus dan Indra kini mempunyai lebih banyak kebebasan dibagian atas badan Dinda. Bergantian Indra dan Agus merajah mulut mungil Dinda, menciuminya dengan rakus, memasukkan lidah mereka yang tak kalah baunya kerongga mulut Dinda, sementara tangan mereka meremas remas buah dada. Disaat Agus menyerang mulut Dinda maka Indra menciumi ketiak , leher dan buah dada si perawat yang semakin memerah penuh cupangan, dan putingnya semakin menegak mencuat akibat jilatan dan gigitan ganas, demikian sebaliknya. Geli, nyeri, ngilu , sakit dan nikmat tak henti hentinya dirasakan oleh Dinda yang semakin lemas pasrah.

Glombang demi gelombang rangsangan menghantam menyerbu benteng pertahanan Dinda yang semakin menipis, badan sehat wanita dewasa memang diatur oleh alam untuk pada saat tertentu mempersiapkan diri menerima benih pria. Oleh karena itu percuma sajalah Dinda melawan semua naluri alamiahnya itu , baik secara fisik maupun mental  betapa pun perlawanan di bawah kesadaran masih memberontak, namun dari bawah kesadaran itu pula akan muncul gejolak badaniah lain yang akan mengalahkan semuanya.“Aaauuuuuw, ennggggaaaa mauu, jangaaan, aaaaaahh, tolooooong, geliiiii, aaaaaah, emmmmhh, lepaaaaaaa, oooooh, jangaaaan paak, tolooooong, aauuuuw”, desahan Dinda dengan rontaan dan geliatan semakin lemah dan lemas.

Diki merasakan semakin bertambahnya cairan pelicin keluar dari lubang vagina korbannya, dan sebagai pria pengalaman ia merasakan pula perubahan rasa cairan itu semula terasa asam dan perlahan lahan berubah menjadi lebih sepat. Ini tanda tak dapat dipungkiri lagi bahwa sang betina telah disiapkan oleh alam untuk bersatu badan dengan sang jantan. Diki memberikan tanda kpada kedua konconya untuk melepaskan cengkraman mereka dipergelangan kaki Dinda, di raihnya kedua betis si bidadari dan dileeetakanya paha mulus itu di atas pundaknya. Ibarat hewan persembahan yang tinggal menunggu penyembelihan Dinda hanya pasrah lemas diperlakukan demikian, hanya sekali dua dipukulkan tumit kakinya yang mungil itu ke punggung Diki.


Dengan penuh kepuasan dan rasa kemenangan ditatapnya wajah Dinda yang meskipun kini terlihat kuyu dengan rambut tergerai tak teratur, wajah yang tetap ayu manis cantik sebentar lagi pasti akan meringis bergolek kekanan kekiri jika merasakan sakit tak terkira. Diki memegang kemaluannya yang telah mengeras membesar maksimal, diarahkannya kedalam celah licin basah oleh lendir kewanitaan, perlahan tapi pasti kejantanan itu memasuki gerbang surgawi yang diapit oleh bibir kemaluan berbulu halus.

Bibir kemaluan Dinda dipaksa untuk membuka, dipaksa untuk merekah dan alat pemerkosa berkepala helm seperti jamur itu mendesak masuk milimemeter demi milimeter dibelahnya dinding vagina sang gadis ibarat pentungan daging penuh air mani. Dinda merintih, meratap dan memohon dikasihani, memohon agar milik satu satunya itu jangan direnggut, air matanya mengalir deras disertai :“Aduuuuuh, aaaaaah, nyerriiiiiii, sakiiiiiiiiit paak, ampuuuuuun, udaaaaah, sakiiiiit, tolooong, jangaaaan diterusin, auuuuuuuuuww……”. Diki kembali memberikan tanda kepada kedua anak buahnya untuk kini melepaskan ikatan tangan Dinda karena ia ingin merasakan rontaan dan terutama cakaran kuku seorang gadis yang direnggut keperawanannya. Dan memang betul sebegitu lekas kedua tangan terlepas, meskipun masih terasa kaku kesemutan Dinda berusaha mencakar muka Diki, namun sia sia karena muka Diki telah melekat dengan muka Dinda dan bibirnya yang tebal dower dengan kumis kaku kasar ibarat ijuk menutup mulut Dinda.

Teriakan dan tangisan Dinda kini teredam sehingga hampir tak terdengar dan si perawat cantik itu didera oleh rasa sakit tak terkira dikemaluannya. Sebagai lelaki yang sudah sangat pengalaman dalam merenggut kegadisan wanita muda Diki semakin lama semakin mahir mengendalikan hawa nafsunya, semakin mahir merasakan kapan senjatanya yang besar itu mulai menyentuh selaput dara seorang gadis. Selaput dara yang sangat peka itu tidak di terobosnya sekaligus sebagaimana anak muda ingusan atau suami yang tak punya pengalaman, namun selalu disentuh ditekan tekannya sehingga terasa sangat sakit ngilu. Diki mempunyai kecenderungan sadis untuk menikmati wajah wanita – apalagi seorang gadis – yang dilanda rasa sakit saat menerima tusukan rudalnya yang besar dan lebar itu.

Apalagi kali ini adalah wajah cantik jelita seorang perawat kota wajah Dinda yang menengadah keatas atau menoleh kekiri kekanan , wajah penuh air mata dan mulut mungil bibir basah terbuka mengeluarkan rintihan memilukan merasakan siksaan sementara hidung bangir mancung kembang kempis menahan isak tangis “Sakiiiiiit, paaaak, ampuuuuun, auuuuuw, udaaaah pak, kasihani saya paaaaak, ngggaaa tahaaaan paaak, udaaaah dong, aaamppuuuun”, namun semua laki laki disitu hanya tertawa. Sekitar seperempat jam Diki mempermainkan senjatanya menyiksa selaput tipis yang sedemikian sensitif sebelum akhirnya dengan geraman penuh kemenangan ditembusnya keperawanan Dinda. Saat pecah robeknya keperawanannya Dinda tak berdaya lagi menahan diri raungan dan jeritan memenuhi ruangan, disusul dengan rintihan tangis – dan disaat itu Dinda dengan sekuat tenaga menancapkan kukunya dipunggung Diki, kemudian tanpa disadari sendiri digigitnya sekuat tenaga bahu Diki yang kekar penuh otot itu.

Diki hanya tersenyum bangga, dicekalnya kedua pergelangan tangan Dinda, ditekannya ke kasur, diangkatnya tubuh bagian atasnya sendiri sehingga gigitan Dinda lepas. Kini dimulainya gerakan maju mundur pinggulnya yang berarti disiksanya lubang surgawi yang baru diterobosnya itu Dinda merasakan betapa perihnya luka dari selaput daranya yang baru sobek dan kini luka masih terbuka itu digosok gosok oleh benda asing, maju mundur , maju mundur tanpa terhenti semakin lama semakin cepat dan akhirnya………Bagaikan gunung merapi yang telah lama memendam lahar panas kini meletus dan menyemburkan laharnya itu ke luar membanjiri vagina dan rahim Dinda.

Selama menyemburkan spermanya itu Diki tak berhenti bergerak, bahkan tetap menjedug jedug mulut rahim yang saat itu juga sangat peka. Namun Dinda sudah sedemikian lemah dan hanya dapat pasrah merasakan tubuhnya di perkosa habis habisan , diharapkannya agar semua mimpi buruk ini lekas berlalu namun yang terjadi justru sebaliknya dari tengah selangkangannya yang sedang disiksa itu muncul perlahan lahan rasa lain yang aneh. Ada rasa hangat sedikit ngilu gatal menyebabkan keinginan agar gerakan maju mundur yang baru saja dialaminya dan sangat menyakitkan itu bahkan terulang kembali, justru seolah meminta dan menagih diteruskan dan jangan dihentikan. Dinda tidak mengerti pengkhianatan tubuhnya terhadap perkosaan yang baru dialaminya.

Rasa sangat jijik , muak dan kebencian terhadap para pemerkosanya kini tercampur rasa keinginan untuk ditaklukkan kembali, merasakan ketidak berdayaan dikuasai dan direjang sehingga tak berkutik sama sekali. Disaat Diki ambruk menindih tubuhnya setelah orgasme dan ejakulasi justru Dinda melingkarkan kakinya yang mulus itu ke pinggang si pemerkosanya, seolah tak ingin melepaskan penis yang masih tertancap di vaginanya. Tanpa disadari Dinda menggeser pinggulnya kekiri kekanan, kemudian bergoyang berputar dengan lemah seperti menginginkan agar “kegatalan”nya di “obati” dengan gerakan maju mundur yang mungkin memberikan kesan seperti “menggaruk”.Diki sendiri merasakan ada denyutan dan remasan halus di kemaluannya yang sebetulnya mulai tidur didalam liang vagina Dinda dan ini sama sekali belum pernah dialaminya ketika menggagahi wanita manapun termasuk para istrinya apalagi oleh seorang gadis yang baru saja di perkosa habis habisan.

Diki mengangkat tubuh atasnya dan meperhatikan wajah Dinda yang penuh keringat dan kelihatan tak sadar dengan dengusan dan rintihan halus dari hidung serta mulut yang begitu mungil. Betapa luar biasa bidadari kota ini pikirnya perempuan ini agaknya houri yang turun dari firdaus untuk selalu memenuhi hasrat birahi laki laki. Diawasinya wajah yang sedemikian ayu manis selalu menimbulkan hasrat hewaniah lawan jenisnya , dan diingatnya bahwa setelah mulut dan vagina masih ada satu lagi lubang yang masih dapat diperawaninya malam ini. Namun apakah tubuh bidadari ini akan masih kuat untuk mengalami pembantaian sekali lagi dimalam ini , apakah lebih baik menunggu esok hari ? Namun diingatnya lagi bahwa malam ini adalah kesempatan yang mungkin takkan terulang atau kembali lagi hampir semua penduduk desa sedang absen karena menikmati goyangan ngebor pantat artis Imul Laracitra di desa tetangga.

Diki perlahan lahan bangun melepaskan Dinda dari tindihannya dan kedua anak buahnya pun menghentikan kegiatan sexual mereka seolah olah mulai menduga apa rencana juragan mereka berikutnya. Keduanya menyeringai bergantian dan Agus mengambil kesempatan bertanya“Mau diapain lagi nih si non bahenol Dinda ini gan, boleh ikut ngicipin engga boss ?”.“Jangan coba coba berpikiran kotor lu, disini cuma gue yang boleh menggarap perawat kota ini, ingat apa perjanjian pelunasan hutang kalian, apa mau dibatalkan hah !” , demikian bentak Diki seolah tak sadar bahwa benaknya pun pada saat ini tak lain hanya terisi pikiran kotor.

Kedua anak buahnya menggerutu namun sadar berada di pihak lemah akibat hutang mereka yang telah berlarut menumpuk di lintah darat penguasa desa itu. Diki tak mau bahwa ada benih lain tercampur di rahim si bidadari cantik ini jika Dinda sampai hamil maka pasti adalah hasil bibitnya, tak ada campuran dengan lelaki lain. Namun sedikit rasa terima kasih Diki terhadap kedua anak buahnya yang telah membantunya malam ini dan rupanya iblis ikut memberikannya sedikit pertimbangan untuk memberikan sedikit extra bonus“Begini deh, gue bagi juga kenikmatan untuk kalian silahkan bergantian menjarah mulut gadis ini tapi jangan sampai banjir di dalam , kalian boleh semprot dan mandikan wajahnya dengan air kontol kalian. Awas kalo sampai ada yang banjir di dalam mulut gue akan batalkan penghapusan hutangnya, paham ?”.“Okee boss, akuuur, beres deh dijamin mantab siraman di muka si neng , pasti akan jadi obat awet muda wajahnya”, hampir bersamaan kedua kuli itu menjawab majikan mereka.Kemudian mereka berunding siapakah yang akan mulai dengan perkosaan mulut Dinda di babak kedua akhirnya Indra mengalah Agus memulai dan Indra berikutnya.

Tubuh Dinda yang langsing bahenol dan masih lemas lunglai setengah pingsan itu kini dibalik tengkurap, kemudian kedua lengannya ditekuk di sikunya, demikian pula kakinya di tekuk di lututnya. Akibatnyaa kini tubuh Dinda dalam posisi merangkak seperti serdadu yang sedang latihan, hanya bedanya Diki ikut campur dengan menarik lipatan paha Dinda keatas sehingga pantatnya menungging keatas. Dalam posisi ini terlihatlah vagina Dinda yang licin mengkilat dan basah oleh cairan pelumasnya sendiri tercampur dengan lahar Diki yang secara perlahan agak mengalir meleleh keluar. Namun yang lebih jelas lagi terlihat adalah lingkaran lubang anus Dinda berwarna coklat kemerah merahkan bagaikan kuncup bunga yang masih sangat rapat, dihiasi dengan kerut kerut yang menandakan masih utuhnya fungsi otot otot pengunci lubang paling rahasia dan intim ini.

Diki hannya dapat menduga duga betapa akan kerasnya tangis dan teriakan kesakitan Dinda jika disodominya. ketiga istri dan wanita lain didesa itu yang pernah disodominya hampir semuanya meraung raung ibarat hewan disembelih bahkan setengahnya betul betul pingsan lebih dari satu jam. Diki mengambil lotion untuk bayi yang telah diambilnya di apotik beberapa hari lalu dan di-oleskannya pelumas yang harum itu di seluruh kepala penisnya yang disunat bahkan juga seluruh batang kemaluannya karena diameternya akan sukar sekali diterima oleh diameter anus Dinda..Namun Diki bertekad Dinda akan dperkosa ketiga lubangnya malam ini, Dinda akan diajarinya untuk takluk dan tunduk sepenuhnya sebagai calon istrinya, Dinda harus menerima nasibnya secara pasrah untuk melayani keinginan seksualnya , Dinda akan diajari mengalami derita sakit tapi nikmat ! Cukup dengan membayangkan itu semua kemaluan Diki kembali membesar menegang dan mengeras, siap tunaikan tugas berikut, terakhir, namun mungkin yang terberat malam ini : memasuki lubang tersempit ditubuh molek Dinda.

Masih dalam keadaan hanya setengah sadar Dinda merasakan tubuhnya menungging dengan pantat semakin tinggi ke atas, lalu dirasakan ada jari jari mengoleskan cairan agak dingin di lubang anusnya. Hal ini membuatnya sadar dan ingin berontak namun tubuhnya kembali dipegangi dari dua arah oleh Indra dan Agus sehingga tak dapat berkutik atau membebaskan diri dari posisi tak nyaman itu. Ketika Dinda berusaha untuk menepiskan jari jari yang kurang ajar di anusnya itu mendadak kedua tangannya diputar di telikung dan direjang kebelakang punggungnya sehingga mulai terasa sakit di sendi bahunya menyebabkan Dinda merintih. Dinda merasakan kedua pergelangan tangannya di rejang oleh jari jari kuat dan kasar sehingga tak dpt bergerak dan sekaligus anusnya dimasuki oleh sebuah jari yang licin.

Naluri alamiah Dinda memperingatkannya apa yang mungkin akan terjadi dan isak tangisnya mulai muncul kembali Meronta“Jangaaaaan, jangaaaan, aduuuuh, enggaaa maaaau disitu, jangaaaaan , toloooong, ampuuuuun, kasihaniiii doong, ya Allaaah, ampuuuun, enggaaaa maauuuuu, auuuuuw, auuuuw, ngiluuuuu”, Dinda meliuk liukkan badannya tak berdaya ketika dirasakannya bukan hanya satu melainkan dua jari Diki memasuki anusnya dan berusaha melebarkan lubang duburnya. Ketika Dinda berteriak sekuat kuatnya tiba tiba rambutnya dijambak kebelakang oleh Indra dan mulutnya yang terbuka lebar di masuki oleh penis Agus yang juga cukup panjang dan besar dan sangat berbau pesing tak enak. Dinda merasakan tubuhnya seolah bukan lagi miliknya mulutnya dijarah oleh penis yang memualkan, payudaranya terutama putingnya di pilin dan di cubiti serta ditarik tarik oleh jari jari Indra, dan duburnya dipaksa dilebarkan oleh dua buah jari Diki. Mendadak kedua jari yang menyiksanya itu ditarik keluar sehingga Dinda menarik nafas agak lega, namun hal ini tidak berlangsung lama karena kini dirasakannya sebuah benda lain menekan mencoba memasuki anusnya.

Dinda mulai sadar bahwa benda asing itu adalah kontolnya Diki yang belum lama ini merenggut merobek selaput kegadisannya. Kini alat kejantanan yang sama berusaha merebut keperawanannya yang kedua – ya Allah toloong, jangan biarkan hal ini! Dinda merasakan kemaluan Diki terus menekan, mendorong dan mendesak berusaha mengalahkan pertahanan otot dubur yang secara alamiah sangat kuat mengunci lubang paling intim di tubuh manusia itu.Otot berbentuk lingkaran itu kini dipaksa untuk membuka bkn dengan cara alamiah melainkan cara kasar perkosaan dan meskipun telah diberikan lotion pelumas yang biasa dipakai oleh bayi, namun tetap saja bertahan mati matian melawan benda asing yang ingin masuk.

Dinda tak tahu lagi apa yang terasa di tubuhnya saat itu , jijik dan mual dengan kemaluan Agus yang bau di mulutnya, putingnya terasa membesar lebih dari tiga kali akibat cubitan dan gigitan ganas pemerkosa, dan nyeri sakit tak terkira di duburnya yang sedng dipaksa melebar diluar ukuran normal.Diki mendesak dan mencoba melesakkan kemaluannya sekuat tenaganya namun belum ada kemajuan meskipun dengan dorongan semaksimal mungkin sementara Dinda hampir pingsan menahan sakit tak terkira. Oleh karena itu Diki menukar taktiknya dan selain mendorong kejantanannya ia kini meraba raba ke selangkangan Dinda lalu ia mengusap usap kelentit Dinda yang masih sangat peka akibat rangsangan bibir, lidah dan giginya tadi. Diluar kemampuan dan keinginannya otot otot vagina Dinda berkontraksi lalu relaks kembali kontraksi dan relaks hal sama terjadi dengan otot otot lingkar sekitar anusnya. Dan justru pada saat otot otot lingkar sekitar anusnya sedikit relaks maka Diki menekan kepala penisnya sekuat tenaga , akibatnya blesssss, bagian kepala penis berbentuk seperti topi helm serdadu masuk membelah dan memerawani lubang dubur yang sempit itu.

Dinda berteriak dan menjerit jerit sekuat isi paru parunya namun tak dapat keluar karena mulutnya dipenuhi oleh batang kemaluan Agus, yang keluar hanyalah rintihan“Aooouuufffhhh, empfhhhhhh, sssssskkkkkttttt, mmmppppn, jjjjjjnnnggggggnnn, ennggggghhhhhh”,dan akhirnya tak ada suara lagi yang keluar. Rupanya Dinda telah kelenger tak dapat lagi menahan siksaan yang sedang diderita tubuhnya, dan pada saat bersamaaan Agus menarik keluar batang rudalnya yang langsung menyemburkan sperma membasahi wajah Dinda yang telah layu itu. Namun Diki masih saja asyik menjarah dan memasukkan penisnya semakin dalam, semakin dalam akhirnya biji pelernya menempel dengan bongkahan pantat Dinda. Kini mulailah dimaju mundurkannya pinggulnya dengan ritme gonta ganti, terkadang halus perlahan menggoyang kekiri kekanan dan memutar seolah sedang menggoda korbannya, tak lama kemudian diganti dengan ritme ganas stakkato seolah olah bor listrik sdng menghantam dinding beton.

Kini Agus menjambak rambut Dinda dengan kasar dan pada saat bersamaan Diki menghantamkan senjatanya sedalam mungkin – dan akibatnya Dinda melenguh perlahan dan mulai sadar lagi. Kesempatan ini tak dibiarkan begitu saja oleh Indra yang masih ingin meminta jatahnya diangkatnya dagu Dinda dan di lekatkannya batang penisnya di bibir yang setengah terbuka. Telah habis sama sekali rupanya tenaga Dinda untuk melawan dan dimakluminya tugas apa yang masih harus dipenuhinya dengan air mata berlinang dibiarkannya penis Indra yang tak begitu panjang namun lebih lebar diameternya daripada milik Agus memasuki rongga mulutnya, maju mundur maju mundur maju semakin dalam sehingga menyentuh lagi kerongkongannya sehingga hampir Dinda terbatuk batuk.

Dengan wajah yang tetap cantik meskipun acak acakan Dinda pasrah menerima sodokan dari depan dan belakang, dari depan menyebabkannya sukar bernafas dan ingin muntah sedangkan sodokan dari belakang sangat menyakitkan anusnya yang terasa sangat panas perih seperti disayat sayat pisau silet. Bagaikan telah sepakat satu sama lain kedua lelaki pemerkosa itu makin mempercepat ritme hunjaman mereka ke mulut dan anus Dinda untuk akhirnya disertai geraman penuh kepuasan keduanya menumpahkan cairan sperma mereka Diki didalam rektum dan Indra di wajah dan rambut Dinda. Isakan tangis Dinda yang menimbulkan rasa iba mengiringi ambruk tubuhnya tertelungkup ke ranjang hanya gerakan halus pernafasan disertai sesenggukan menandakan bahwa perawat malang itu masih hidup.Ketiga lelaki setengah baya yang telah menjarah jururawat malang itu habis habisan kini memapang Dinda nenuju kamar mandi , dimandikannya tubuh langsing namun sintal bahenol itu sehingga bersih dari bekas sperma, ludah dan darah keperawanannya, dipakaikan lagi bh dan cd baru dari lemari pakaian, lalu baju tidur yang bersih pula, kemudian diletakkan hati hati diranjang dan ditutupi dengan selimut.

Dinda yang merasa seolah tubuhnya tak bertulang sama sekali langsung jatuh tidur kembali, sedangkan ketiga pemerkosanya perlahan lahan meninggalkannya, menutup dan mengunci pintu dari luar kemudian menghilang di kegelapan malam dengan motor motor mereka. Selama 3 hari Dinda tak dapat melayani pasien di Puskesmas karena sakit demam ia hanya bangun keluar ranjang untuk makan minum. Di hari ke empat desa itu geger karena perawat Dinda menghilang entah kemana, semua barang miliknya ditinggal, koper dan tasnya masih berada di lemari. Hanya tas kecil yang selalu terisi KTP, kartu kartu penting lain dan juga uang tunai tak ada, demikian pula sepatunya tak ditemukan. Ini merupakan indikasi bahwa Dinda telah meninggalkan desa itu secara diam diam dan berusaha menghapuskan kenangan mengerikan yang dialaminya. Tak dapat di bayangkan betapa marahnya Diki karena mangsa yang baru sempat diperkosa sekali dan diimpikannya akan menjadi istrinya yang ke 4 lolos dari cengkramannya.


Diadukannya hal ini ke pusat namun disitu pun tak ada yang tahu kemana perginya Dinda si perawat. Tunangan Dinda pun mendadak kembali ke tanah air karena mendengar peristiwa menghilangnya Dinda di kamar kostnya pun tak ada yang hilang , semua lengkap hanya penghuninya ibarat masuk ke dalam bumi tak ada jejaknya. Usaha pencarian Dinda setelah berbulan bulan akhirnya dihentikan tanpa hasil dan setelah lebih dari setahun perlahan lahan semuanya mulai melupakan individu Dinda in tunangannya pun sudah mempunyai pacar baru. Di desa yang menjadi saksi bisu peristiwa perkosaan Dinda itu setengah tahun kemudian mengalami beberapa kejutan Agus si mandor perkebunan mengalami kecelakaan mobil dan terluka sangat parah dan langsung meninggal. Indra si buruh perkebunan karet di gigit ular berbisa yang entah muncul begitu saja dan langsung menghilang lagi dan karena sangat terlambat mencari pertolongan akhirnya dihari yang sama juga meninggal.

Diki dalam tahun yang sama mengidap tumor di otak tak langsung meninggal tapi perlahan lahan fungsi tubuhnya memburuk dimulai dengan lumpuh kakinya, kemudian sukar untuk bicara, sukar menelan, sukar bernafas, sebelum akhirnya meninggal dalam keadaan kurus kering dalam tahun berikutnya. Di sebuah RS cukup besar dan modern di salah satu negara Eropa bekerja pasangan suami istri dokter Indo dan jururawat berasal dari Indonesia. Keduanya terlihat sangat serasi, sang dokter spesialis bedah cakep dan ganteng sedangkan istrinya jururawat di bagian penyakit dalam ayu cantik penuh keramahan kesabaran, sehingga keduanya sangat disenangi dan dihormati disitu, baik oleh rekan kerja maupun para pasien orang orang bule. Keduanya ibarat sudah ditakdirkan untuk bertemu dan menjadi pasangan sejoli sang dokter yang sedang liburan di Indonesia mengendarai mobil di tengah malam menjelang pagi setelah pulang seminar.

Tak biasanya ia mengambil jalan memotong desa tanpa melewati jalan besar dan ditengah jalan diantara desa desa yang jarang diterangi lampu dilihatnya seorang gadis berdiri dipinggir jalan. Gadis itu sangat cantik namun terlihat sedang dilanda kesedihan tidak terkira sang dokter merasa sangat heran namun bersedia mengantarkan si gadis ketempat kostnya. Seminggu kemudian si dokter dengan orangtua dulunya berasal dari Indonesia tapi sudah lama tinggal di LN kembali ke Eropa dan duduk disampingnya dalam pesawat adalah gadis cantik yang ditemukannya ditengah malam. Keduanya semula ingin menikah di Indonesia namun karena keduanya berbeda agama maka banyak sekali rintangan birokrasi yang harus diatasi. Oleh karena itu mereka akhirnya menikah di luar negeri di sebuah negara di Eropa, dimana sama sekali tak ada masalah apakah pasangan calon suami istri berbeda agama atau bahkan sama sekali tak beragama.

Agama adalah urusan pribadi setiap individu harus mempertanggung jawabkan bagaimana kehidupannya kepada Yang Maha Agung tak perlu dicampur adukkan dengan urusan negara apalagi urusan untuk menikah. Konsekwensi jika berbeda agama adalah harus ditanggung oleh pribadi masing masing negara harus bersikap netral dan tak boleh ikut campur.Sang suami tak pernah dan tak mau bertanya mendalam tentang latar belakang kehidupan istrinya yang terpenting adalah saling mencintai setulusnya. Keduanya selalu berpendapat apa yang telah berlalu biarkanlah berlalu, tujukan hidup ke masa depan dan selalu berusaha untuk optimis.

Sang suami tak pernah menyinggung apakah istrinya masih perawan atau tidak sebagaimana masih sering dijadikan masalah oleh para pria munafik bagi pasangan yang mencintai satu sama lain dengan setulusnya maka nilai sehelai selaput berbentuk bulat sabit adalah dapat diabaikan. Sang istri juga tak pernah menyinggung bagaimana kehidupan sang suami dimasa lalu apakah karena ia hidup remaja di Barat sudah sering melakukan sex dengan wanita lain. Yang penting adalah sejak menikah maka keduanya harus saling mencintai dan setia terhadap satu sama lain , itu adalah resep sederhana untuk bahagia di masa depan.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Jururawat Cantik Bahenol Yang Diculik Dan Diperkosa"

Post a Comment